A. NAMA BIDARA
Bidara atau widara (Ziziphus mauritiana) adalah
sejenis pohon kecil penghasil buah yang tumbuh di daerah kering. Tanaman ini
dikenal pula dengan pelbagai nama daerah seperti widara (Sunda/Jawa) atau
dipendekkan menjadi dara (Jawa); bukol (Madura); bĕkul (Bali); ko (Sawu); kok
(Rote); kom, kon (Timor); bĕdara (Alor); bidara (Makasar/Bugis); rangga (Bima);
serta kalangga (Sumba).
Sebutan di negara-negara lain di
antaranya: bidara, jujub, epal siam
(Malaysia); manzanitas (Filipina) zee-pen (Burma); putrea (Kamboja); than
(Laos); phutsaa, ma tan (Thailand); tao, tao nhuc (Vietnam). Dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai Jujube, Indian
Jujube, Indian plum, atau Chinese
Apple; serta Jujubier dalam bahasa
Prancis.
B. PENGENALAN DAN MORFOLOGI TANAMAN BIDARA
Perdu atau pohon kecil, biasanya
bengkok, tinggi hingga 15 m dan gemang batang hingga 40 cm. Cabang-cabang
menyebar dan acap menjuntai, dengan ranting-ranting tumbuh simpang siur dan
berambut pendek. Selalu hijau atau semi menggugurkan daun.
Daun-daun penumpu berupa duri,
sendirian dan lurus (5–7 mm), atau berbentuk pasangan dimorfis, di mana yang
kedua lebih pendek dan melengkung, kadang-kadang tanpa duri.
Daun-daun tunggal terletak
berseling. Helai daun bundar telur menjorong atau jorong lonjong, 2–9 cm x
1.5–5 cm; bertepi rata atau sedikit menginggit; gundul dan mengkilap di sisi
atas, dan rapat berambut kempa keputihan di sisi bawahnya; dengan tiga tulang
daun utama yang tampak jelas membujur sejajar; bertangkai pendek 8–15 mm.
Perbungaan berbentuk payung
menggarpu tumbuh di ketiak daun, panjang 1–2 cm, berisi 7–20 kuntum.
Bunga-bunga berukuran kecil, bergaris tengah antara 2–3 mm, kekuningan, sedikit
harum, bertangkai 3–8 mm; kelopak bertaju 5 bentuk delta (menyegitiga),
berambut di luarnya dan gundul di sisi dalam; mahkota 5, agak seperti sudip,
cekung dan melengkung.
Buah batu berbentuk bulat hingga
bulat telur, hingga 6 cm × 4 cm pada kultivar-kultivar yang dibudidayakan,
namun kebanyakan berukuran jauh lebih kecil pada pohon-pohon yang meliar;
berkulit halus atau kasar, mengkilap, tipis namun liat, kekuningan, kemerahan
hingga kehitaman jika masak; daging buahnya putih, mengeripik, dengan banyak
sari buah yang agak masam hingga manis rasanya, menjadi menepung pada buah yang
matang penuh. Biji terlindung dalam tempurung yang berbingkul dan beralur tak
teratur, berisi 1–2 inti biji yang coklat bentuk jorong.
C. PENGGUNAAN TANAMAN BIDARA
Buah bidara kultivar unggul
diperjual belikan sebagai buah segar, untuk dimakan langsung atau dijadikan
minuman segar. Di beberapa tempat, buah ini juga dikeringkan, dijadikan
manisan, atau disetup. Buah muda dimakan dengan garam atau dirujak. Buah dari
pohon yang meliar kecil-kecil dan agak pahit rasanya[1]. Buah bidara merupakan
sumber karoten, vitamin A dan C, dan lemak.
Daun-daunnya yang muda dapat
dijadikan sayuran. Daunnya yang tua untuk pakan ternak. Rebusan daunnya diminum
sebagai jamu. Daun-daun ini membusa seperti sabun apabila diremas dengan air,
dan digunakan untuk memandikan orang yang sakit demam. Di Jakarta, daun-daun
bidara digunakan untuk memandikan mayat.
Selain daun, buah, biji, kulit
kayu, dan akarnya juga berkhasiat obat, untuk membantu pencernaan dan sebagai
tapal obat luka. Di Jawa, kulit kayu ini digunakan untuk mengatasi gangguan
pencernaan; dan di Malaysia, kulit kayu yang dihaluskan dipakai sebagai obat
sakit perut. Kulit kayu bidara diyakini memiliki khasiat sebagai tonikum, meski
tidak terlalu kuat, dan dianjurkan untuk penyakit lambung dan usus. Kulit
akarnya, dicampur dengan sedikit pucuk, pulasari, dan bawang putih, diminum
untuk mengatasi kencing yang nyeri dan berdarah.
Kayunya berwarna kemerahan,
bertekstur halus, keras, dan tahan lama. Kayu ini dijadikan barang bubutan,
perkakas rumah tangga, dan peralatan lain. Di Bali, kayu bidara dimanfaatkan
untuk gagang kapak, pisau, pahat, dan perkakas tukang kayu lainnya. Berat jenis
kayu bidara berkisar antara 0,54-1,08. Kayu terasnya yang bervariasi dalam
warna kuning kecokelatan, merah pucat atau cokelat hingga cokelat gelap, tidak
begitu jelas terbedakan dari kayu gubal. Kayu ini dapat dikeringkan dengan
baik, namun kadang-kadang sedikit pecah. Di samping penggunaan di atas, kayu
bidara juga cocok digunakan untuk konstruksi, furnitur dan almari, peti
pengemas, venir dan kayu lapis.
Bidara menghasilkan kayu bakar
yang berkualitas baik; nilai kalori dari kayu gubalnya adalah 4.900 kkal/kg.
Kayu ini juga baik dijadikan arang. Ranting-rantingnya yang menjuntai mudah
dipangkas dan dipanen sebagai kayu bakar.
Kulit kayu dan buah bidara juga
menghasilkan bahan pewarna. Bahan-bahan ini menghasilkan tanin dan pewarna
coklat kemerahan atau keabuan dalam air. Di India, pohon bidara juga digunakan
dalam pemeliharaan kutu lak; ranting-rantingnya yang terbungkus kotoran kutu
lak itu dipanen untuk menghasilkan sirlak (shellac).
D. EKOLOGI DAN PENYEBARAN
Tanaman ini terutama tumbuh baik
di wilayah yang memiliki musim kering yang jelas. Kualitas buahnya paling baik
jika tumbuh pada lingkungan yang panas, kaya cahaya matahari, dan cukup kering;
namun hendaknya mengalami musim hujan yang memadai untuk menumbuhkan ranting,
daun dan bunga, serta untuk mempertahankan kelembaban tanah selama mematangkan
buah. Bidara berkembang luas pada wilayah dengan curah hujan 300–500 mm
pertahun. Untuk keperluan komersial, pohon bidara dapat dikembangkan hingga
ketinggian 1.000 m dpl.; akan tetapi di atas ketinggian ini pertumbuhannya
kurang baik.[4]
Tahan iklim kering dan
penggenangan, bidara mudah beradaptasi dan kerap tumbuh meliar di lahan-lahan
yang kurang terurus dan di tepi jalan. Tumbuh di pelbagai jenis tanah: laterit,
tanah hitam yang berdrainase baik, tanah berpasir, tanah liat, tanah aluvial di
sepanjang aliran sungai (riparian).
Bidara diperkirakan memiliki asal
usul dari Asia Tengah, dan menyebar alami di wilayah yang luas mulai dari
Aljazair, Tunisia, Libia, Mesir, Uganda dan Kenya di Afrika; Afganistan,
Pakistan, India utara, Nepal, Bangladesh, Cina selatan, Vietnam, Thailand,
Semenanjung Malaya, Indonesia, hingga Australia. Kini bidara telah ditanam di
banyak negara di Afrika, dan juga di Madagaskar. Namun yang mengembangkannya
secara komersial hanyalah India, Cina, dan sedikit di Thailand.
E. KEDUDUKANNYA DALAM AGAMA ISLAM
Bidara atau Sidr (Arab: (سدر) bahasa Inggris: Lote
tree) memiliki kedudukan di dalam agama Islam. Pohon ini disebutkan di beberapa
surah dalam Al-Qur'an, yaitu:
a. Sebagai Pohon bidara yang
sedikit jumlahnya (sidrin qolil) (QS.34. Saba':16),
b. Sebagai Pohon bidara yang tak
berduri (sidr makhdud) (QS.56. Al-Waqiah:28),
c. Sebagai Pohon bidara
perbatasan akhir (sidratul muntaha) dan Pohon bidara yang diliputi (sidrata ma
yaghsya) (QS.53. An-Najm: 13-16)
Pohon ini selain disebutkan di
dalam Al-Qur'an juga terdapat anjuran penggunaannya di dalam hadits. Dia
digunakan dalam berbagai prosesi ibadah, misalnya daunnya disunnahkan untuk
digunakan ketika mandi wajib bagi wanita yang baru suci daripada haid. Juga
ketika memandikan jenazah dan menghilangkan najis dari tubuh mayat, jenazah
disarankan dimandikan dengan air yang dicampur daun bidara. Daun bidara juga
kadang kala dipergunakan dalam proses Ruqyah untuk mengobati orang yang
kesurupan.
Dari ‘Aisyah bahwa Asma’ binti
Syakal bertanya kepada Rasulullah S.A.W tentang mandi haidh: “Salah seorang di
antara kalian (wanita) mengambil air dan sidrahnya (daun pohon bidara) kemudian
dia bersuci dan membaguskan bersucinya, kemudian dia menuangkan air di atas
kepalanya lalu menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air sampai pada kulit
kepalanya, kemudian dia menyiramkan air ke seluruh badannya, lalu mengambil
sepotong kain atau kapas yang diberi minyak wangi kasturi, kemudian dia bersuci
dengannya. Maka Asma’ berkata: “Bagaimana aku bersuci dengannya?” Dia bersabda:
“Maha Suci Allah” maka ‘Aisyah berkata kepada Asma’: “Engkau mengikuti
(mengusap) bekas darah (dengan kain/kapas itu).” (HR. Muslim)
Telah berkata Ummu 'Athiyyah:
Rasulullah S.A.W masuk (menengok) anak perempuannya yang wafat, lalu berkata:
"Mandikanlah ia tiga kali, lima kali, atau lebih --kalau kau fikir perlu--
dengan air dan bidara, dan diakhir sekali campurlah dengan kapur barus. Maka
apabila selesai, beritahukanlah kepadaku." Sesudah selesai lantas kami
beritahukan kepadanya. Lalu ia berikan kepada kami kainnya, sambil berkata:
"Pakaikanlah kain ini di badannya." (SR. Bukhari - Muslim)
Itulah sekilas pengetahuan
tentang Tanaman Bidara. Bagi Anda yang meninginkan untuk memiliki Tanaman
Bidara, Anda dapat memperolehnya dengan harga yang terjangkau di SAHABAT TANI
Palangka Raya, alamat: Jalan Lele- Bukit Tunggal- Palangka Raya.